Wednesday, March 15, 2017

7 faktor tersering penyebab timbulnya jerawat

Jerawat, dengan bahasa kerennya (medis)  acne vulgaris memang sering membuat pusing dan kurang percaya diri, bahkan orang-orang rela merogoh koceknya lebih dalam untuk menghilangkan jerawat dan bekas-bekasnya (konon sampai jutaan rupiah) saya sendiri pun mengalami ini (dulu..hehehe). Sebenarnya apa-apa saja sih faktor yang menyebabkan jerawat itu, hayuk kita lihat sama-sama

1. usia remaja
jadi, pada usia remaja memang akan sering mengalami keluhan yang namanya jerawat, usia remaja pada masa ini dinamai fase puber, masa ini juga terjadi perubahan secara hormonal dan fisik pada anak cewek dan cowok, nah hal ini lah yang menjadi faktor terjadinya jerawat di usia remaja

2. stres emosional
pada saat kita stres dengan semua tekanan yang ada dalam hidup(jelas, karena itulah hidup, ya nggak ) tubuh bereaksi dengan melepaskan hormon yang merangsang kelenjar di kulit untuk menjadi lebih aktif, nah hal ini lagi-lagi memudahkan kulit buat ngelahirin yang namanya jerawat

3. siklus menstruasi
buat cewek-cewek ni, yang saat mens tumbuh jerawatnya banyak, tenang saja, begitu mens nya selesai, biasanya jerawatnya pun juga segera berlalu, hal ini lagi-lagi terjadi karena adanya perubahan hormonal dalam tubuh saat menstruasi

4. merokok
nah lo, selain berbahaya buat kesehatan ternyata merokok juga terbukti berbahaya buat kecantikan dan ketampanan kulit kita guys

5. ras
berdasarkan prevalensi, ternyata ras tertentu memiliki angka kejadin acne vulgaris yang lebih tinggi dibanding ras lain, ras oriental ( Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita acne dibanding ras kaukasia ( Eropa, Amerika)

6. riwayat keluarga
lagi-lagi genetik berperan penting disini, jika dalam keluarga kita, contoh ni ayah atau ibu kita jerawatan dulu pas mereka muda, kemungkinan buat kita jerawatan juga lebih tinggi guys (heheh thats in our blood bro)

7. banyak makan berlemak dan tinggi karbohidrat
jenis makanan tertentu yang tinggi kadar lemak n karbohidratnya juga bisa memicu terjadinya jerawat, so makanlah makanan yang sehat ya, dengan takaran yang sesuai kebutuhan kita sesuai usia kita, jika bingung, pergilah ke rumah sakit atau puskesmas terdekat di rumah mu, cobalah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan disana tentang kebutuhan energimu sehari-hari

yapp, thats all.
next time kita akan berbagi tentang bagaimana cara yang paling ampuh buat ngilangin atau paling nggak, ngurangin tuh jerawat, okkeh :)

sumber: PPK di fasilitas pelayanan primer

Tuesday, March 14, 2017

Dermatitis Numularis, apakah itu??






Pasien datang ke Poli Kulit RSUD dengan keluhan merah pada lengan kiri sejak 2 bulan yang lalu. Ruam dirasakan tidak gatal, tampak basah dan tidak nyeri. Keluhan pertama kali dirasakan setelah pasien mengonsumsi ikan asin berupa timbulnya bintik merah seperti bekas digigit nyamuk di kulit tungkai kiri yang terasa sangat gatal. Bintik tersebut digaruk pasien namun gatal dirasakan tidak berkurang, bintik dirasakan cepat melebar serta timbul bintik baru yang tidak kalah gatalnya disekitar lesi pertama jika pasien mengonsumsi ikan asin dan belacan. Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Kasus diatas adalah contoh kasus dari penyakit dermatitis numularis, penyakit ini sangat khas karena bentuknya yang unik, nah, ayo kita pelajari bersama apa penyakit ini sebenarnya
Dermatitis numularis adalah dermatitis (eksim) dengan lesi berbentuk mata uang atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis numularis  sering menyerang laki-laki terutama pada rentang usia 55-65 tahun,. Bila pada pasien usia muda, lebih berhubungan dengan riwayat atopi, Pada dermatitis numularis sangat berpengaruh dengan adanya infeksi Staphyloccocus. Fokus infeksi berupa gigi yang berlubang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit ini.
Diagnosis dermatitis numularis didsasarkan atas gambaran klinis sehingga umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang. Bila diinginkan, dapat dilakukan kultur untuk  melihat peningkatan kolonisasi bakteri.  Berbeda bila dibandingkan dengan tinea(jamur) atau psoriasis. Pada tinea lesinya berupa pinggir lesi yang aktif sedangkan  Psoriasis lesi akan ditutupi oleh skuama putih tebal yang berkilat.
            Prinsip dasar pengobatan Dermatitis numularis adalah mencari dan menghindari faktor pencetus/yang memprovokasi terjadinya dermatitis. Secara topikal lesi dapat diberikan obat antiinflamasi seperti glukokortikoid. Untuk menghindari garukan yang memperberat lesi yang ada diberikan antipruritus Diberikan juga kortikosteroid sistemik mengingat lesi yang cenderung kronik
            Stres serta faktor pencetus harus dihindari karena stres emosional dicurigai menjadi faktor resiko eksaserbasi dermatitis numularis. Diharapkan untuk memakai pelembab kulit karena kulit yang kering dapat mempermudah terjadinya eksaserbasi dan keluhan gatal
.bila terdapat gigi berlubang atau koreng pada pasien, gigi atau koreng tersebut juga harus diobati agar tidak terjadi relaps
            Prognosis terhadap penyakitnya umumnya baik kecuali pada pasien yang tidak sedang dalam pengobatan (ditelantarkan), 53 % pasien tidak pernah bebas dari lesi.

Sumber:
Sri, Sularsito Adi dan Sruia Djuanda. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 7. Badan Penerbit FKUI, Jakarta, 2015.
R.S. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.




Nyeri, bengkak pada Payudara saat Menyusui, bisa jadi mastitis

Ibu-ibu muda yang baru memiliki anak sering mengalami masalah dalam menyusui bayinya, yaitu diantaranya nyeri pada payudara. seringnya nyeri payudara ini diawali dengan lecetnya puting payudara, karena payudara yang lecet ibu menjadi enggan untuk memberikan ASI untuk bayinya, sehingga ASI menumpuk di payudara ibu, menyebabkan payudara membengkak, lama kelamaan bisa saja hal ini diperparah dengan infeksi sekunder oleh bakteri

Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk menyikapinya adalah mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang tepat, hal ini dapat membantu ibu untuk mengurangi terjadinya lecet pada puting karena salah dalam hal cara menyusui. bila puting payudara ibu terlanjur lecet, dukung ibu untuk tetap menyusui, dapat dimulai dari payudara yang tidak nyeri terlebih dahulu, dapat disiasati juga dengan mengoleskan ASI pada puting ibu. 

Payudara yang bengkak dapat dikompres dingin tiap selesai menyusui untuk mengurangi efek peradangan (bengkak dan nyeri). kemudian payudara dikompres hangat untuk merangsang agar air susu tidak mengeras pada payudara yang bengkak.  Ibu bisa mengonsumsi parasetamol untuk mengurangi nyeri. ibu juga sebaiknya mengenakan bra yang menyokong payudara ibu, serta tidak ketat

Bila nyeri bertambah berat, demam atau berlangsung lebih dari tiga hari, segeralah konsul ke dokter, sebaiknya tidak minum obat sembarangan, karena obat-obatan tertentu dapat melewati ASI dan terpinum oleh bayi.

Jika masalah dalam menyusui adalah puting yang tenggelam (inverted nipple) maka hal ini dapat diatasi dengan melakukan inisiasi menyusu dini, mendorong ibu untuk tetap menyusui sehingga puting mengalami daya isap terus-menerus. puting juga dapat dikeluarkan secara manual dengan menggunakan jari, tetapi jangan lupa setelah memegang daerah puting, puting harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum menyusukan bayi untuk menjaga kebersihan dan bayi tidak menelan bakteri saat menyusu karena puting yang kurang bersih


Posisi menyusu yang tepat

Menyusui yang baik dilakukan pada kedua payudara, pindah dari payudara satu yang lainnya dilakukan setelah yakin bahwa payudara yang pertama telah kosong, ini diharapkan karena kandunga gizi dari ASI yang keluar pertama kali, ditengah-tengah, dan diakhir saat hampir kosong memiliki kandungan gizi yang berbeda, jadi jika bayi disusui berpindah tanpa dikosongkan terlebih dahulu maka bayi tidak mendapatkan zat gizi tertentu dari ASI yang dibutuhkan karena menyusu tidak tuntas. Jika bayi telah selesai menyusu tetapi ASI pada payudara belum kosong, ini dapat disiasati dengan memompa ASI secara manual

berikut adalah posisi menyusu yang benar
Posisi bayi yang benar:
o  Kepala, leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
o  Badan bayi menghadap ke dada ibu
o  Badan bayi melekat ke ibu
o  Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja

Tanda bayi melekat dengan baik:
o  Dagu bayi menempel pada payudara ibu
o  Mulut bayi terbuka lebar
o  Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya
o  Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya puting susu. Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar

Tanda bayi menghisap dengan efektif:
o  Menghisap secara mendalam dan teratur
o  Kadang diselingi istirahat
o  Hanya terdengar suara menelan
o  Tidak terdengar suara mengecap


Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan ibu dari WHO dan kementerian kesehatan

Sunday, March 12, 2017

Langkah Mudah Membaca EKG (rekam jantung) Part 1

EKG (elektrokardiografi) adalah suatu alat yang merekam aktivitas listrik jantung yang direkam dalam bentuk gambaran gelombang diatas suatu kertas khusus, nah EKG ini merupakan bahasa dari jantung untuk mengungkapkan penyakit yang dialaminya serta pemeriksaan yang relatif cepat serta sederhana, jadi penting untuk dapat memahami bahasa EKG dari jantung tersebut untuk mendeteksi sedini mungkin penyakit jantung yang diderita pasien
EKG direkam dalam suatu kertas grid khusus dengan kotak-kotak kecil disetiap bagiannya yang membagi pas 1 mm perkotak kecil baik itu arah horizontal maupun vertikal. Setiap 5 kotak kecil, garis dibuat lebih tebal untuk mempermudah penilaian EKG. Pada aksis vertikal, voltase dinilai is dalam milivolt (mV), standarnya setiap 1 kotak kecil (1 mm) sama nilainya dengan 0,1 mV saat dinilai secara vertikal. Axis horizontal menggambarkan waktu, karena standar dari perekaman EKG adalah dengan kecepatan 25 mm/detik maka untuk tiap 1 mm bagian EKG (1 kotak kecil horizontal) sama nilainya dengan 0,04 detik. Sehingga untuk tiap 5 kotak kecil (5 mm) sama nilainya dengan 0,2 detik.
ekg
Gambaran EKG dapat dilihat dalam bentuk komponen kompleks P-QRS-T, nah kelainan dari komponen-komponen tersebut secara terpisah atau kelainan irama secara keseluruhanlah yang dinilai pada saat membaca EKG
Komponen kompleks P-QRS-T
Gelombang  potensial  elektrik  negatif  akan  menyebar  sepanjang  miokard  yang berkontraksi.  Potensial  ini  dideteksi  dengan  meletakkan  beberapa  elektroda  di berbagai  lokasi  di  kulit,  signal  akan  diperkuat  dan  digambarkan  sebagai  rekaman elektrokardiogram.
Komponen gelombang pada EKG merupakan gambaran dari:
  1. Gelombang P  berhubungan  dengan  sistol  atrium(depolarisasi  atrium), merupakan gelombang  pertama siklus  jantung.  Setengah  gelombang  P  pertama  terjadi  karena stimulasi  atrium  kanan  serta  bentuk downslope berikutnya  terjadi  karena  stimulasi atrium kiri.
Karakteristik gelombang P yang normal:
-  lembut dan tidak tajam
-  durasi tidak lebih dari 0.12 detik
-  tinggi tidak lebih dari 2.5 mm
  1. Kompleks QRS merupakan sistol  ventrikel  (depolarisasi  ventrikel),  nilai  normal: lebar 0.06-0.12 detik.
Terdiri dari gelombang Q: defleksi negatif pertama, merupakan depolarisasi septum interventrikel yang teraktivasi dari kiri ke kanan, durasi normal (kecuali lead III dan aVR)  kurang  dari  0.04  detik  (1  kotak  kecil)  dan  kurang  dari  sepertiga  tinggi  gel  R pada lead bersangkutan.
  1. Gelombang T  merupakan  repolarisasi  ventrikel,  biasanya  tinggi  kurang  dari  5 mm pada lead ekstremitas atau 10 mm pada lead prekordial
  2. Penyebab terjadinya gelombang U masih kontroversi, salah satu teori menyebutkan gelombang U  terjadi  karena  repolarisasi  serabut  purkinje.  Bentuk  normal  bulat, kecil dan amplitudo kurang dari 1.5 mm.
  3. Interval PR  merupakan  perlambatan  fisiologis  di  nodal  AV  dan  berkas  HIS,  nilai normal 0.12-0.20 detik
  4. Segmen ST  merupakan  tanda  awal  repolarisasi  ventrikel  kiri  dan  kanan.  Titik pertemuan  antara  akhir  kompleks  QRS  dan  awal  segmen  ST  disebut J  point.  Jika J point berada  dibawah  garis  isoelektris  disebut  depresi  segmen  ST  dan  jika  diatas garis isoelektris disebut elevasi segmen ST.
Interval  QT,  merupakan  aktivitas  total  ventrikel  (mulai  dari  depolarisasi  ventrikel hingga  repolarisasi).  Diukur  mulai  awal  komplesQRS  hingga  akhir  gelombang  T. Durasi  normal  tergantung  dari  umur,  jenis  kelamin  dan  denyut  jantung. Rata-rata kurang dari 0.38 detik.
jozz
Sumber : Pathopysiology of heart disease, 5th edition, 2011 , editor Leonard S. Lilly
                The only ECG book you’ll ever need 5th edition, Malcolm S Thaler

obat yang dilarang dalam kehamilan

Dalam kondisi kehamilan , dimana zat yang dikonsumsi oleh ibu akan diberikan juga kepada bayi nya lewat perantaraan tali pusat maka jika ibu sakit, obat-obat yang berbahaya bila dikonsumsi oleh ibu hamil karena bersifat teratogenik pada janin patut diwaspadai dan di kenali.
Obat-obatan tersebut dibagi menjadi kategori A,B,C,D dan X, dimana kategori A adalah obat yang telah diteliti paling tidak mengakibatkan efek samping sampai kategori D dan X yang berbahaya buat janin.
teratogen
Umumnya hampir semua obat antikonvulsi pada pasien epilepsi(ayan) berbahaya bagi janin, jadi bagi setiap ibu hamil yang memiliki epilepsi harus segera memberitahukan hal tersebut kepada dokternya tentang kemungkinan penggantian obat yang biasa digunakan untuk mengatasi kejang
Obat dengan efek analgesik (anti nyeri), yang diperkirakan aman untuk ibu hamil hanyalah parasetamol, jadi pemberian analgesik seperti NSAID tidak dianjurkan, jika ibu hamil mengalami nyeri yang memerlukan obat-obatan harus berkonsultasi dengan dokter keluarga mereka terlebih dahulu
Obat antihipertensi golongan ACEI dan ARB juga tidak dianjurkan digunakan dalam kehamilan karena efeknya yang fetotoksik, obat pengontrol tekanan darah yang aman perlu dikonsultasikan bersama antara ibu dan dokter keluarga yang menanganinya serta kemungkinan untuk dilakukan perujukan ke dokter spesialis kandungan mengenai kondisi penyulit ibu saat kehamilan
Domperidon tidak dianjurkan untuk mengatasi mual muntah dalam masa kehamilan, lebih diutamakan doksilamin dan piridoksin (vit B6)
Antibiotik tertentu juga harus dihindari pada ibu hamil seperti golongan sulfonamide yang sering dikombinasi dengan trimetoprim, aminoglikosida seperti (gentamisin dan streptomisin), kloramfenikol, serta tetrasiklin.
Obat imunosupresif kortikosteroid baik itu mineralokortikoid ataupun glukokortikoid sebaiknya dihindari penggunaannya pada ibu hamil, obat ini biasa diresepkan pada pasien asma ataupun dengan penyakit autoimun namun golongan ini juga biasa digunakan pada keadaan tertentu dimana diharuskan untuk dilakukan tindakan operasi sesar sebagai pembantu proses pematangan paru janin
Obat antiviral ribavirin juga dilaporkan bersifat teratogenik, selain itu evafirenz yang biasa digunakan pada pasien HIV juga harus dihindari evafirenz dapat diganti dengan nevirapin
Golongan retinoid (derifat vit A) seperti bexaroten,isotretinoin, dan acitretin dilaporkan bersifat teratogenik
Pasien dengan gangguan jiwa harus segera mengonsulkan kehamilannya ke dokter karena beberapa golongan obat antipsikotik dapat berbahaya bagi janin
Saat ibu hamil menderita sakit, setiap obat sebelum diminum sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter, untuk mencegah pemakaian obat-obatan yang berbahaya bagi janin dalam kandungan ibu
Sumber : William obstetric, 24th edition

Mengenal Ronsen Dada Tb Paru

Tb paru secara radiologi bisa menyerupai berbagai macam penyakit lainnya, karena gambarannya yang sangat beragam. Hingga, dalam radiologi Tb Paru diberi julukan sebagai the greatest imitator.
Nah, penting buat kita untuk mengetahui gambaran apa saja yang spesifik menggambarkan ke arah Tb Paru pada ronsen dada.
  1. Secara umum, gambaran radiologi Tb paru di Indonesia menggunakan istilah sebagai berikut:
  • Bayangan berawan/nodular (sarang pneumonik

Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak-bercak dengan densitas rendah atau sedang dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang seperti ini biasanya menunjukkan bahwa proses aktif.

  • Kavitas (lubang)
Lubang (cavitas), ini selalu berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil, yang dinamakan lubang sisa (residual cavity).
  • Sarang kapur (kalsifikasi)
Sarang seperti garis-garis (fibrotic) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya menunjukkan bahwa proses telah tenang.

Kita umumnya bisa menemukan gambaran seperti berikut pada ronsen dada pasien Tb Paru


  1. Lebih dalam lagi, gambaran thoraks Tb Paru dibagi lagi menjadi Tb Paru aktif dan inaktif
Gambaran Tb Paru curiga lesi aktif antara lain :
  • Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
  • Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak (putih pada ronsen, seperti warna tulang) berawan atau nodular
  • Bayangan bercak milier
  • Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran lesi aktif


Gambaran Tb Paru curiga lesi tenang (inaktif) antara lain:
  • Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
  • Kalsifikasi atau fibrotik
  • Kompleks ranke
  • Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
snip 6
  1. Selain itu, jenis gambaran Tb paru dibagi lagi menjadi Tb Paru primer dan Tb Paru Postprimer
  • Tb Paru Primer pada foto polos PA
Tampak gambaran bercak semi opak terletak di suprahiler (diatas hilus), perihiler (sepanjang limfangitis), dan parakardial (disamping kor) dengan batas tidak tegas
snip 7
  • Tb paru postprimer sangat jarang menggambarkan pembesaran Kelenjar Getah Bening seperti pada Tb Primer, gambarannya antara lain berupa bayangan berawan/nodular, Kavitas (lubang), Sarang seperti garis-garis (fibrotic) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi)

  1. Tb Milier
Tb Milier ini bisa ditemukan pada Tb paru primer maupun Tb paru post primer, umumnya menandakan bahwa pasien memiliki sistem imun yang tidak/belum adekuat, contohnya; anak kecil dibawah usia 5 tahun terutama yang masih dibawah usia 2 tahun, pasien AIDS, DM, keganasan dll. Tampak berupa bercak opak berukuran 1-3 mm tersebar merata diseluruh lapang paru. Gambarannya mirip seperti badai salju (Snow Storm Appearance).
ping 11
  1. Luluh Paru (Destroyed Lung)
  • Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .
  • Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis (paru kolaps),multikaviti dan fibrosis parenkim paru.Sulit untuk menilai aktivitas lesi aktif/inaktif atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.
snip 9
                           Tampak multikavitas dan fibrotik luas pada lapang paru kiri
  1. Mengapa bisa ditemukan gambaran yang Tb paru yang bermacam-macam pada x ray?
Patofisilogi Tb Primer
Ketika Bakteri Tbc memasuki saluran pernapasan saat terhirup, karena ukurannya yang sangat kecil, bakteri ini dapat masuk sampai ke alveolus parenkim paru. Proses peradangan dapat terjadi dibagian manapun dari paru. Terjadi peradangan, bakteri-bakteri ini akan dihadapi oleh neutrofil serta makrofag.
Bakteri yang tidak mati didalam makrofag, akan berkembang biak didalam makrofag dan akhirnya akan terlepas ke jaringan luar ketika makrofag mati. Makrofag terus menerus dilepaskan untuk menghadapi serangan bakteri. Terjadi proses pembentukan sarang pneumonik, yang disebut afek primer atau fokus Ghon. Bakteri dikelilingi oleh makrofag membentuk granuloma.

Terjadi peradangan pada saluran getah bening menuju ke hilus (limfangitis) dan pembesaran KBG parahiler (limfadenitis). Bila terdapat fokus ghon + limfangitis + limfadenitis , ini dinamakan kompleks primer (kompleks ranke). Pada saat ini telah terbentuk imunitas terhadap kuman Tb. Sarang infeksi bisa sembuh tanpa cacat, menyebar ke alveoli sekitar, atau menyebar secara sporadik keluar paru melalui limfatik, bronkogenik atau hematogenik.
Patofisiologi Tb Postprimer
snip 10
Tb postprimer
Tb post primer biasanya terjadi beberapa tahun kemudian setelah infeksi pertama terjadi (umumnya infeksi pertama terjadi saat masih anak-anak). Lesi yang dorman setelah infeksi Tb primer suatu saat di usia 15-40 tahun dapat saja aktif kembali atau terjadi infeksi dari luar sehingga terjadi infeksi Tb postprimer.
Pada infeksi ini, karena telah terbentuk sistem imun spesifik sebelumnya, infeksinya relatif lebih cepat dan akut, cenderung lebih aktif untuk terjadi nekrosis, tetapi kuman proliferasinya terhambat, dan tidak mudah menyebar keluar dari paru.
Infeksi postprimer umumnya terbentuk didaerah apeks (fokus simon) atau superior lobus bawah paru karena M. Tb merupakan kuman yang sangat aerob dan sangat mudah berkembang ditempat yang kaya akan oksigen.

Terbentuk sarang dini berupa sarang pneumonik kecil, lama kelamaan granuloma akan dikelilingi oleh sel epiteloid (yang nantinya dapat menjadi sel datia), kapiler, limfosit, jaringan ikat untuk membentuk tuberkuloma. Dapat terjadi penumpukan garam kalsium dibagian tengah tuberkuloma tersebut, atau menjadi lebih lunak (perkijuan) akibat protease dan hidrolase yang dihasilkan oleh epiteloid dan makrofag.
Jika perkijuan tadi keluar dari paru saat pasien batuk, maka akan tersisa bentukan ruang kosong yang gambarannya disebut kavitas pada ronsen thoraks.
Tb Milier
Tb milier terjadi ketika terjadi penyebaran bakteri secara hematogenik dalam jumlah banyak, pada Tb primer maupun postprimer(yang seharusnya sulit terjadi, karena telah terbentuk imunitas spesifik, biasanya pada pasien imunokompromise). Ketika bakteri menumpuk di ujung-ujung kapiler, akan terbentuk tuberkel, nah tuberkel inilah yang tampak digambaran foto thorak sebagai gambaran nodul tersebar merata diseluruh lapang paru seukuran kepala jarum.
Kesimpulan
Nah, perbedaan gambaran ataupun banyaknya gambaran yang ditemukan secara bersamaan pada foto thorak pasien Tb dikarenakan tergantung dari saat terjadi fase apa foto thorak tersebut diambil, lesi fibrotik yang menetap dari bekas Tb paru lama bisa saja ditemukan bersama dengan lesi baru dari penyakit Tb yang aktif kembali.
snip 9
diskusi, petunjuk atau saran mengenai isi artikel ini sangat diharapkan, terima kasih telah berkunjung,, semoga bermanfaat

Sumber :
Radiologi Diagnostik, FKUI cetakan ke 9, 2015
Collins, jannette and Stern, Eric. Chest radiology, the essential 2ed. 2008. Lippincott Williams & Wilkins
Konsensus Tb PDPI
Rajasekaran et al. Unilateral Lung Destruction : A Computed Tomographic Evaluation. Ind. J. Tub., 1999, 46,183
Adam,  A. and Dixon, A. K. Grainger and Allisons Diagnostic Radiology fifth edition. 2008. Elsevier Inc.
Misra, Rakesh et al. A to Z of Chest Radiology. 2007. Cambridge University Press.
Patel, Pradip. L. Lecture Notes Radiologi Edisi ke dua. 2007. Penerbit Erlangga

mengatasi masalah tidak mau makan pada anak

Anak tidak mau makan adalah masalah yang lumrah ditemukan dalam kehiduan sehari-hari, hal ini tentunya banyak menjadi kekhawatiran para or...